Brexit dan Pengaruh Besarnya Bagi Sepakbola











- Britania Raya (Inggris, Wales, Skotlandia, Gibraltar dan Irlandia Utara) baru saja menggelar referendum untuk menentukan apakah mereka akan bertahan atau meninggalkan Uni Eropa. Pada akhirnya 51,9 pemilih memutuskan untuk berpisah dari Uni Eropa.




Meski referendum yang populer dengan sebutan Brexit ini adalah peristiwa politik, namun imbasnya terhadap sepakbola akan sangat besar, terutama bagi sepakbola Inggris. Akan ada banyak aturan baru yang bakal mengubah wajah sepakbola.




Membicarakan imbas Brexit terhadap sepakbola juga mau tak mau harus membicarakan sisi politik dan legalnya. Secara keseluruhan, hasil referendum ini akan memberikan pengaruh yang signifikan terhadap sepakbola Inggris dan Eropa pada umumnya.




Para petinggi sepakbola Inggris, mulai dari FA sampai eksekutif di level klub sebenarnya sudah lama mengingatkan bahwa Brexit akan berimbas buruk. Namun mereka juga menyerahkan keputusan itu kepada rakyat Inggris Raya.




Histeria akibat Brexit membuat sebagian orang lupa bahwa penerapan aturan ini baru akan terjadi paling cepat dua tahun lagi. Berikut adalah beberapa rangkuman efek besar Brexit terhadap industri sepakbola Inggris dan Eropa.




1. No Free Movement










Semua penduduk Uni Eropa bebas bergerak atau pindah dari satu negara anggota ke negara anggota lainnya, utamanya dengan alasan pekerjaan. kebebasan bekerja di setiap negara ini dijamin penuh oleh Uni Eropa.




Selama ini Home Office (Badan Pemerintah Inggris yang berwenang menerbitkan visa) dan FA harus menaati aturan Free Movement dari Uni Eropa ini. Artinya, semua pemain Uni Eropa bebas bergabung dengan klub Inggris tanpa harus mencari izin kerja (work permit lebih dulu).




Lantaran telah meninggalkan Uni Eropa, para pemain dari Uni Eropa tidak akan bebas lagi masuk ke Inggris. Mereka akan diperlakukan seperti layaknya pemain non-Britania lainnya. Untuk bisa masuk, mereka harus mendapatkan Work Permit lebih dulu.




Hal yang sama juga bakal dialami oleh pemain Britania yang ingin berkarier di negara Uni Eropa lain. Pemain seperti Gareth Bale kini akan memakan satu tempat di jajaran pemain non-Uni Eropa milik Real Madrid.




2. Work Premit










Selama ini pemain Uni Eropa bebas bergabung dengan tim-tim Britania Raya tanpa perlu Work Permit. Setelah Inggris resmi keluar dari Uni Eropa, maka mereka harus memiliki Work Permit seperti semua pemain non-Britania lainnya.




Sebagai catatan saja, tidak mudah bagi pemain sepakbola untuk mendapatkan Work Permit di Inggris. Hanya pemain dari tim nasional tertentu dan telah berpartisipasi dalam prosentase tertentu saja yang bisa mendapatkannya. Intinya, pemain tersebut harus bermain bagi timnasnya dalam jumlah tertentu selama dua tahun terakhir.




Prosentase permainan pun berbeda, berdasarkan ranking FIFA. Berikut pembagiannya:
Ranking FIFA 1-10 = Minimal 30%. Artinya, pemain dari negara yang masuk ke dalam ranking 1-10 FIFA harus bermain minimal 30persen dari semua pertandingan timnas mereka dalam dua tahun terakhir.
Ranking FIFA 11-20 = Minimal 45%.
Ranking FIFA 21-30 = Mininal 60%.
Ranking FIFA 31-50 = Minimal 75%.




Jika pemain dari negara lain dipersulit masuk Britania, maka pemain Britania pun akan sulit untuk masuk ke negara lain. Dalam hal ini, Inggris tak perlu khawatir karena para pemain Ingrgis tak memiliki tradisi bermain di luar negeri seperi kebanyakan pemain lainnya.




Yang lebih mengkhawatirkan adalah kini klub-klub Britania Raya akan sulit membeli pemain berkualitas dari Uni Eropa yang belum dipanggil ke timnas. Seandainya aturan ini sudah ada musim lalu, pemain seperti N'Golo Kante, Dimitri Payet atau Anthony Martial tak akan bisa masuk ke Premier League.




3. Inflasi Nilai Tranfer










Sekarang ini klub-klub Premier League harus membayar harga premium setiap kali membeli pemain dari negara lain. Seluruh klub di Eropa tahu klub Inggris bergelimang uang lantaran besarnya dana yang masuk dari hak siar televisi.




Keluarnya Inggris dari Uni Eropa akan membuat inflasi harga pemain ini semakin melambung tinggi. Alasannya sederhana saja; jumlah pemain yang bisa masuk ke Inggris sudah pasti terbatas. Hanya pemain kelas internasional saja yang bisa mendapatkan Work Permit.




Dengan minimnya jumlah pemain yang tersedia sementara permintaan tetap tingggi, klub Inggris harus membayar ekstra untuk setiap pemain luar negeri yang mereka beli. Hal ini akan dimanfaatkan klub-klub Eropa untuk menyedot dana dari Inggris yang kaya.




Sebagai catatan saja, musim panas lalu klub-klub Inggris membayar 220 juta euro untuk membeli pemain dari Jerman. Jika aturan baru ditetapkan, akan sangat sulit bagi klub-klub Premier League untuk melakukannya, kecuali mereka mau membayar ekstra.







4. Bosman Rulling












Salah satu keputusan hukum era Uni Eropa yang paling berpengaruh dalam sepakbola adalah Bosman Ruling. Berdasarkan aturan tersebut, semua pemain bebas memilih klub baru jika kontraknya di klub lama sudah berakhir.




Bosman Ruling ini diputuskan berdasarkan beberapa aturan Uni Eropa, salah satunya adalah kebebaban bekerja di seluruh negara Uni Eropa. Pemain Uni Eropa yang kontraknya sudah habis di sebuah klub bebas memilih klub di mana pun di seluruh negara anggota tanpa perlu izin khusus.




lantaran Bosman Ruling ini adalah aturan dari Uni eropa, setelah keluar dari Uni Eropa, klub-klub Inggris tidak akan bisa menikmati keuntungan Bosman Ruling ini dari negara lain. Maksudnya, klub Inggris tidak dijamin akan bebas mengontrak pemain dari negara lain meski kontraknya sudah berakhir.




Namun perpindahan pemain di internal Britania akan tetap lancar. Sekadar contoh saja, jika seorang pemain kontraknya habis di Chelsea, maka ia bebas bergabung dengan Liverpool.






5. Article 19













Salah satu aturan transfer FIFA yang paling ketat adalah Article 19 yang membahas perlindungan terhadap terhadap pemain di bawah umur. FIFA menegaskan bahwa transfer antar negara hanya boleh dilakukan ketika pemain tersebut berusia minimal 18 tahun.




Namun ada pengecualian jika pemain tersebut pindah antar negara Uni Eropa atau masuk dalam Area Ekonomi Eropa (EEA). Batas minimum usia diturunkan dari 18 menajdi 16 tahun.




Aturan ini kerap dimanfaatkan klub-klub Inggris untuk merekrut pemain-pemain belia dari negara lain. Contoh pemain yang datang ke Inggris pada usia masih sangat muda antara lain adalah: Cesc Fabregas, Hector Bellerin, Paul Pogba, Serge Gnabry, Adnan Januzaj, Nathan Ake, Bertand Traore, Jon Toral, Charly Musonda, Josimar Quintero, Timothy Fosu Mensah, Indy Boonen, Krystian Bielik, Andreas Christensen, Jeff Reine-Adelaide dan Ismael Bennacer.




Setelah meninggalkan Uni Eropa, Britania Raya bisa jadi akan kehilangan hak ini. Artinya, klub-klub Inggris tak bisa lagi mencuri anak-anak muda berbakat dari negara lain dengan iming-iming gaji yang lebih besar.






6. Kewarga Negaraan Ganda













Banyak klub Uni Eropa yang memanfaatkan kewarganegaraan ganda untuk menyiasati pembelian pemain dari negara non anggota. Pemain dari Argentina, misalnya, biasanya bisa mendapatkan paspor Italia atau Spanyol berdasarkan garis keturunan.




Pemain sepakbola juga bisa mendapatkan paspor negara anggota Uni Eropa jika sudah tinggal di negara anggota selama waktu yang ditentukan.




Para pemain dengan kewarganegaraan ganda seperti itu, di mata hukum FIFA dan UEFA, akan diperlakukan sama dengan pemain Uni Eropa. Dengan melepas keanggotaan Uni Eropa mereka.




Dalam aturan baru nanti, pemain seperti Matteo Musachhio (Villarreal) tidak akan bisa bergabung dengan klub Inggris meski dia memiliki paspor Italia. Musacchio tidak bermain dalam 30 persen pertandingan timnas Argentina selama dua tahun terakhir.






7. Home Ground













Salah satu alasan klub-klub Inggris mendatangkan banyak anak-anak muda dari negara lain adalah investasi. Mereka membeli pemain muda yang masih murah, dikembangkan hingga menjadi pemain bagus atau kemudian dijual dengan harga mahal.




Alasan lainnya adalah membeli pemain dalam usia 16 tahun punya keuntungan tersendiri; pemain tersebut bisa masuk dalam kategori home ground player atau dalam istilah UEFA sebagai Club-trained Player. UEFA mewajibkan setiap klub yang bertanding di bawah kompetisi mereka untuk memiliki sejumlah pemain home ground ini.




Selain itu, Premier League juga mewajibkan setiap klub untuk memiliki pemain home ground dalam skuat yang mereka daftarkan. Setelah Britania keluar dari Uni Eropa, tak akan ada lagi pemain non-Britania yang bisa menjadi pemain home ground di Inggris.






8. Player Pool













Tidak semua efek Brexit terhadap sepakbola Inggris itu buruk. Dengan semua batasan transfer yang ada, Inggris juga mau tak mau harus mendidik para pemain muda mereka sendiri.




Jika situasinya demikian, bisa jadi Inggris akan bisa menelorkan lebih banyak pemain muda berkualitas. Jika saat ini mereka mengandalkan impor pemain muda, maka dengan semua batasan transfer yang ada, klub-klub Inggris akan mulai membina pemain dari negara mereka sendiri.




Jika pembinaan dilakukan dengan benar, bisa jadi Inggris akan mendapatkan generasi emas mereka lagi. Contojh terbaik adalah Begia yang meskipun tergolong sebagai negara yang relatif kecil (secara ukuran), namun mampu mencetak banyak pemain berkualitas dengan pembinaan yang bagus.




Klub-klub Inggris dan juga FA sudah memiliki semua sarana dan prasarana kelas dunia untuk bisa membina pemain muda mereka. Tapi Inggris masih butuh strategi yang tepat agar upaya pembinaan mereka bisa berbuah maksimal.




Jika proyek pembinaan sukses, Inggris akan memiliki player pool yang besar. Maksudnya, timnas Inggris akan memiliki pemain berkualitas dalam jumlah besar yang pada gilirannya akan membuat The Three Lions punya peluang lebih tinggi untuk menjuarai turnamen besar.



















0 Response to "Brexit dan Pengaruh Besarnya Bagi Sepakbola"

Posting Komentar